Dalam hidup ini, beraneka warna corak kehidupan pun acapkali terjadi di
sekeliling kita. Dari perihal yang menggembirakan sampai kepada yang sangat
memilukan. Sejuta makna, semiliar pesona atau bahkan setriliun tekanan hidup,
tentunya siap tidak siap harus siap, menanggung semuanya. Dari kegembiraan yang
diterima, terkadang membuat manusia lupa, sementara yang diingat adalah
rangkaian nestapa. Itulah keluhan. Padahal, kita dianjurkan untuk tidak banyak
atau jangan sering-sering mengeluh. Mendengar keluhan, melihat hasil keluhan
merupakan fenomena hidup yang menjadi sebuah kenyataan, pengalaman dan
pelajaran hidup luar biasa. Pernahkah, terbayang di benak masing-masing
individu tentang guratan kata yang sepertinya mampu mengguncang langit? Anggapan
“Sepele”, selalu saja yang tertanam dalam pola pikir kebanyakan manusia pada
umumnya.
Memang sepele dalam pandangan manusia, namun belum tentu dari sudut pandangan
Yang Maha Bijaksana. Yah... itulah bentuk dari perkataan lirih atau bergumam
atau bisikan kata yang tersembunyi. Sekecil apa pun kata hati, tetaplah
terketahui dan tidak akan sia-sia bila berkenaan dengan kebaikan. Maksud spesifik
dari uraian ini adalah manakala seseorang melihat hal yang memilukan melanda
diri orang lain, misalnya entah itu terjatuh, terpelanting dengan dahsyat,
makan dari sisa orang lain, memakai baju yang sobek di sana-sini, bernafas
dengan susah payah, jalan tertatih-tatih, berjalan sembari menuntun sepeda
motor dan membawa rantai yang putus, mobil mogok dan sulit dibetulkan,
terlambat naik pesawat, barang bawaan hilang semua dan masih banyak lagi nestapa,
kesulitan, hiruk pikuk beban hidup yang dialami manusia. Maka lihatlah, sikap yang ditunjukkan
oleh masing-masing individu pun beragam dalam rangka menyaksikan gulir bermakna dari kejadian
tersebut.
Refleks saja, bila yang terjadi kemudian adalah spontan mengucap:”Kasihan
ya....?”. Baik itu dengan nada lirih
maupun cuma goresan kata hati belaka, adalah simbol keajaiban hati seseorang
menuju kelembutan kasih sayang. Solidaritas bentuk demikian, walau sementara
hanya sebatas kata, akan tetapi telah mampu mengguncang langit. Mengapa? Karena
itulah untaian kata yang menjadi sumber dari datang dan terwujudnya kebaikan-kebaikan
selanjutnya. Maka bersyukurlah, bila mempunyai anak, saudara, teman, atau
siapapun itu yang senantiasa ada di sekeliling menemani, manakala tiba-tiba
terjadi sesuatu atau menyaksikan sesuatu yang memilukan, masih sempat bergumam;
:”Kasihan ya....?”. Sebatas berangkat dari kalimat ini, efeknya akan tumbuh melaju
rencana-rencana baik nan mulia mengiringinya. Kalaupun berhenti pada kalimat
itu saja, rasanya cukup sudah untuk mewakili
lambang empati yang begitu besar. Pada umumnya, faktor ketidakberdayaanlah
menjadi pemicu terbesar berhentinya action
pengiring (kebaikan-kabaikan lain yang mengikutinya).
Telah sampai sebuah untaian kalimat emas sebagai kabar gembira dari Yang
Maha Penyayang; “Sayangilah penduduk bumi, maka kalian akan disayangi oleh
siapa saja yang di langit”. Ungkapan ini memberi sugesti tidak tanggung-tanggung
kepada selurah umat manusia agar menebar rasa kasih sayang. Adapun korelasi
dengan topik ini adalah, manakala seseorang mampu berkata:”Kasihan ya....”, hal
ini dikategorikan sebagai ungkapan yang tumbuh dari rasa kasih sayang dalam
lubuk hatinya. Karena ada sifat penyayang itulah, maka secara spontan keluar
ungkapan tadi. Dampaknya, siapa saja yang di langit pun balik menyayangi si
empunya rasa belas kasih sayang. Betapa bahagianya, siapa pun itu bila setiap
melihat pemandangan memilukan, hatinya luluh, perasaan iba menggelora, tak
terasa bibir bergumam; “Kasihan ya....’ bahkan air matanya pun jatuh di pipi
sebagai bukti indahnya ketulusan perasaan kasih sayang benar-benar terhujam di
hati sanubari. Kalau sudah demikian, berawal dari kata lirih; “Kasihan ya...’,
akan melahirkan perbuatan baik lainnya sebagai manifestasi hasil dari lambang kasih sayang.
Ada yang mewujudkannya dalam bentuk memberi bantuan berupa harta, tenaga, nasihat atau
sekalipun tidak mampu dicukupkan dengan bantuan berupa doa kepada yang sedang
menderita, menanggung duka lara, dihimpit kesusahan.
No comments:
Post a Comment